Monday, July 2, 2012

Pentingnya Sebuah Niat....

السلام علبكم و رحمة الله و بركاته

Peranan dan fungsi niat dalam ibadah sangatlah penting. Karena itu setiap muslim mesti senantiasa memperbaiki niat dalam ibadahnya, yaitu ikhlas untuk Allah semata.

‘Umar ibnul Khaththab berkata: Aku mendengar Nabi bersabda:
“Sah segala amalan-amalan itu hanyalah tergantung dengan niatnya. Dan setiap orang hanyalah mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan. Maka siapa yang amalan hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia peroleh atau karena wanita yang ingin ia nikahi maka hijrahnya itu kepada apa yang dia tujukan/niatkan.”
Hadits  diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari  dalam beberapa tempat di kitab Shahih-nya (hadits no. 1, 54, 2529, 3898, 5070, 6689, 6953) dan Al-Imam Muslim t dalam Shahih-nya (no. 1908).

Dari hadits di atas kita pahami bahwasanya setiap orang akan memperoleh balasan dari amalan yang dilakukan sesuai dengan niatnya. Dalam hal ini  Ibnu Taimiyyah telah berkata: “Setiap amalan yang dilakukan seseorang baik  berupa kebaikan ataupun kejahatan tergantung dengan niatnya. Apabila ia tujukan dengan perbuatan tersebut niat/maksud yang baik maka ia mendapatkan kebaikan, sebaliknya bila maksudnya buruk maka ia mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” Beliau juga mengatakan: “Hadits ini mencakup di dalamnya seluruh amalan, yakni setiap amalan mesti disertai niat. Dan niat ini yang membezakan antara orang yang beramal karena ingin mendapatkan ridha Allah  dan pahala di negeri akhirat, dengan orang yang beramal karena ingin dunia, baik berupa harta, kemuliaan, pujian, sanjungan, pengagungan dan selainnya.” (Makarimul Akhlaq, hal. 26 dan 27)

Di sini kita dapat melihat erti pentingnya niat sebagai ruh amal. Amal menjadi benar karena niat yang benar dan sebaliknya amal menjadi rosak karena niat yang rosak.Dinukilkan dari sebagian salaf ucapan mereka yang bermakna: “Siapa yang senang untuk disempurnakan amalan yang dilakukannya maka hendaklah ia membaikkan niatnya. Karena Allah  memberi pahala bagi seorang hamba apabila baik niatnya, sampaipun satu suapan yang dia berikan (akan diberi pahala).”
Ibnul Mubarak  berkata: “Berapa banyak amalan yang sedikit boleh menjadi besar ganjaranya karena niat dan berapa banyak amalan yang besar boleh bernilai kecil ganjaranya  karena niatnya.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 71)Perlu diketahui, suatu perkara yang sifatnya mubah/harus, pelakunya boleh diberi pahala karena niat yang baik. Seperti orang yang makan dan minum. Jika ia niatkan perbuatan tersebut dalam rangka membantunya untuk taat kepada Allah  dan boleh menegakkan ibadah kepada-Nya, maka orang tersebut akan diberi pahala. Ibnu Qayyim  mengatakan: “Perkara mubah/harus pada diri orang-orang yang khusus dari kalangan muqarrabin (mereka yang selalu berupaya mendekatkan diri kepada Allah ) boleh berubah menjadi ketaatan dan qurubat (perbuatan untuk mendekatkan diri kepada Allah I) karena niat.” (Madarijus Salikin 1/107)

Imam An-Nawawi t dalam Syarah Shahih Muslim (7/92) ketika menjelaskan hadits:
“Dan pada kemaluan salah seorang dari kalian (menggauli istri) ada sedekah.”
beliau menyatakan: “Dalam hadits ini ada dalil yang menunjukkan bahwasanya perkara-perkara mubah/harus boleh menjadi amalan ketaatan dengan niat yang baik. Jima’ (bersetubuh) dengan istri/suami boleh bernilai ibadah apabila seseorang meniatkan untuk menunaikan hak istri/suami dan bergaul dengan cara yang baik terhadapnya sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Atau ia bertujuan untuk mendapatkan anak yang shalih,  menjaga kehormatan diri atau istrinya, mencegah keduanya dari melihat perkara yang haram, berfikir kepada perkara haram atau berkeinginan melakukan perkara haram serta tujuan-tujuan tidak baik lainnya.”(Syarh Shahih Muslim, 3/44)


Seorang hamba mesti  berupaya memperbaiki/membetulkan/mengikhlaskan niat dan meluruskannya supaya apa yang dia lakukan mambuahkan kebaikan. Dan memperbaiki/membetul/mengikhlaskan niat ini perlu mujahadah (kesungguh-sungguhan dengan mencurahkan segala daya upaya). Kerana susahnya membetulkan niat ini sehingga Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Bagiku, tidak ada suatu perkara yang paling berat untuk aku ubati daripada melurus/membetulkan niatku, kerana niat pada diriku itu boleh berubah-ubah.” (Hilyatul Auliya, 7/5 dan 62)
Dan niat itu mesti ditujukan semata untuk Allah , ikhlas kerana mengharapkan keridhoannya. Ibadah tanpa keikhlasan niat maka tertolak sebagaimana bila ibadah itu tidak menepati ajaran/sunnah Rasulullah . Allah berfirman tentang ikhlas dalam ibadah ini,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء
 yang artinya: “Dan tidaklah mereka diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dalam keadaan mengikhlaskan agama bagi-Nya.” (Al-Bayyinah: 5)

 Ibnu Taimiyyah  berkata dalam Majmu‘ Fatawa : “Mengikhlaskan agama untuk Allah adalah pokok ajaran agama ini yang Allah  tidak menerima selainnya. Dengan ajaran agama inilah Allah  mengutus rasul yang pertama sampai rasul yang terakhir, yang kerananya Allah  menurunkan seluruh kitab. Ikhlas dalam agama merupakan perkara yang disepakati . Dan ia merupakan inti dakwah para nabi dan Rasul kepada maknusia.” Yang perlu diingat bahawasanya niat itu tempatnya di hati

Rumusan dari hadits diatas boleh disumpilkan sebagai berikut:
1.Niat itu termasuk bagian dari iman karena niat termasuk amalan hati.
2.Wajib bagi seorang muslim mengetahui hukum suatu amalan sebelum ia melakukan amalan tersebut, apakah amalan itu disyariatkan atau tidak, apakah hukumnya wajib atau sunat.
3.Disyaratkannya niat dalam amalan-amalan ketaatan dan mesti ditakyin (ditentukan)  bila seseorang ingin solat maka dia mesti menentukan dalam niatnya solat yang akan ia kerjakan, apakah solat sunat atau solat wajib, zuhur, atau asar. Bila ingin puasa maka ia mesti menentukan apakah puasanya itu puasa sunat, puasa qadha atau yang lainnya.
4.Amal tergantung dari niat, menyebabkan sah tidaknya, sempurna atau kurangnya, taat atau maksiat.
5. Seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan. Namun perlu diingat, niat yang baik tidaklah merubah perkara mungkar (keburukan) itu menjadi makruf (kebaikan).
6.Wajibnya berhati-hati dari riyak, sum‘ah (beramal karena ingin didengar orang lain), dan tujuan dunia lainnya, karena perkara tersebut merusakkan ibadah kepada Allah
7.Hijrah (berpindah) dari negeri kafir/kejahatan/maksiat ke negeri Islam/kebaikan dan ketaatan memiliki keutamaan yang besar dan merupakan ibadah bila diniatkan karena Allah  dan Rasul-Nya.

Sahabat yang dikasihi sekelian, marilah kita memperbetulkan segala niat kita didalam semua amalan seharian semoga ianya akan mendapat ganjaran dari Allah dan menjadi amal yang soleh.

والله أعلم بالصواب والله تعالى

 أعلىو أعلم 

و إلى اللقاء إن شاء الله تعالى

والسلام علبكم و رحمة الله و بركاته

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
(٢ :سورة المائدة)
Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan bertaqwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa (maksiat) dan permusuhan.(Al-Maidah:2)

كلمتان خفيفتان علي اللسان ثقيلتان في الميزان حبيبتان إلي الرحمن سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم
2 kalimah yang ringan di lidah,berat di atas neraca timbangan
dan disukai oleh Allah Tuhan Yang Maha Pengasih ialah:سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم
SUBHANALLAH WABIHAMDIHI,SUBHANALLAHIL AZEEM
Maha suci Allah dan Segala  Puji Baginya , Mahasuci Allah Yang Maha Agung
(Hadith Riwayat Bukhari & Muslim)

No comments:

Post a Comment